Label

Kamis, 19 Januari 2012

sekaten

SEKATEN”

KEBUDAYAAN LOKAL YANG MENGALAMI ISLAMISASI

Oleh: Ahmad Mubarok

Pengajian rutin setiap malam jum’at di desa Prancak Weden, Sewon, Bantul, Yogyakarta mulai di buka lagi setelah beberapa bulan mengalami kevakuman. Kevakuman ini disebabkan karena beberapa hal, terutama berkaitan dengan waktu. Pengajian ini biasanya diisi oleh seorang mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, namun karena beberapa aktivitasnya yang sangat padat, sehingga tidak memungkinkan untuk tetap mengisi pengajian secara rutin.

Pengajian ini diawali pada tanggal 19 Januari 2012 pukul 20.00 WIB yang dihadiri oleh sekitar 15 remaja warga sekitar. Acara pengajian hanya berlangsung sekita sat jam saja, hal ini dikarenakan adanya beberapa halangan yang tidak bisa di tinggalka. Namun, pada hari-hari biasa, pengajian ini dilakukan selama satu jam setengah, yakni di mulai pada jam 20.00 WIB sampai jam 21.00 WIB.

Dalam pertemuan kali ini sedikit di singgung permasalahan “sekaten” yang memang sedang hangat-hangatnya bagi warga Yogyakarta. Sekaten merupakan salah satu tradisi kraton Yogyakarta yang dilakukan setiap tanggal 12 Robiul awal, yang bertepatan dengan kelahiran nabi Muhammad saw, atau mauled nabi Muhammad saw, dan ada juga yang member nama natal nabi Muhammad saw. Acara ini memang di khususkan untuk merayakan hari lahir nabi Muhammad saw.

Teradisi sekaten pertama kali dikenalkan oleh sunan kalijaga. Beliau adalah satu –satu nya wali yang berdarah asli orang jawa, hal ini memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap gaya berdakwah yang ia lakukan. Sunan kalijaga memiliki beberapa perbedaan yang ukup mencolok dari sunan-sunan yang lain, terutama gaya berdakwah sunan kalijaga yang mencoba memasukan nilai-nilai islam kedalam teradis masyarakat pribumi. Seddangkan sunan-sunan yang lain, yang memiliki nasab keturunan timur tengah cenderung memasukan ajaran islam secara utuh sesuai dengan apa yang diajarkan nabi.

Sekaten berasal dari kalimat arab “shahadat tain” yang artinya dua kalimat syahadat, maksudnya, penyaksian kepada tuhan Alloh, dan penyaksian kepada nabi Muhammad saw. Sekaten memiliki harapan yang sangat besar terhadap pembumian agama islam, yaitu agar hokum Alloh benar-benar dapat membumi dengan rakyat jawa.

Upacara sekaten dirayakan dengan membuat gunungan yang berbahan hasil bumi masyarakat sekitar, seperti padi, jagung, cabai, wortel, kol, petei, buah-buahan, dll. Upacara gunaungan ini sudah biasa diadakan sebelum islam masuk ke Indonesia, tetapi diadakan dalam rangka membuat sesaji, atau membuat penghormatan kepada roh nenek moyang. Kepercayaan animism dinamisme yang sangat kental pada zaman dahulu, menyebabkan sunan kalijaga memiliki inisiatif untuk melestarikan kebudayaan itu, tetapi dengan diganti nilai-nilai yang ada di dalamnya. Upacara gunungan yang dahulu ditujukan untuk sesaji kepada roh nenk moyang, di alihkan menjadi di tujukan untuk rasa syukur kepada tuhan Alloh, karena telah memberikan nur cahaya kemuka bumi ini, melalui seorang nabi, yakni Muhammad Bin Abdullah yang di turunkan di daerah timur tengah.

Kelahiran nabi, merupakan suatu berkah yang sangat besar bagi kebangkitan peradaban umat manusia. Terbukti dengan penelitian yang dilakukan oleh seorang orientalis bernama Michael H. Heart menyebutkan bahwa nabi Muhammad menempati urutan nomor satu sebagai orang yang paling berpengaruh dalam peradaban manusia sekarang ini. Dalam kehidupan muslim, kontribusi nabi Muhammad sangat besar, bahkan orang muslim menjadikan nabi Muhammad sebagai figure manusia yang paling sempurna, hal ini di pertegas dengan adanya doktrin yang sangat vital yang menyebutkan bahwa sesungguhnya didalam diri Muhammad terdapat uswah yang baik.

Penulis adalah mahasiswa

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar