Label

Kamis, 19 Januari 2012

kepemimpinan susilo bambang yudhoyono

KEPEMIMPINAN SUSILO BAMBANG YUDOYONO (SBY)

A. Biografi singkat

Susilo Bambang Yudoyono, atau sering dipanggil akrab dengan sebutan SBY merupakan presiden RI yang ke-6. SBY merupakan presiden republic Indonesia pertama yang diangkat menjadi presiden dengan jalur pemilihan secara langsung oleh rakyat. Sedangkan pemerintah-pemerintah sebelumnya, diangkat menjadi presiden dengan cara yang berbeda-beda. Seperti presiden Soekarno (presiden pertama), diangkat menjadi presiden dengan cara diangkat oleh tokoh-tokoh berpengaruh pada waktu itu. Sedangkan presiden Soeharto (presiden ke2), diangkat menjadi presiden dengan cara ditunjuk atau diberi mandat oleh Soekarno ( walaupun masih menjadi kontrofersal tentang keabsahan mandat) melalui surat “super semar”. Kemudian presiden ketiga, yaitu Habibie diangkat menjadi presiden setelah lengsernya presiden Soeharto dari tampuk kekuasaan, diaman pada waktu penurunan Soeharto oleh mahasiswa, Habibie menjabat sebagai wakil presiden. Selanjutnya, adalah pengangkatan presiden Abdurahman Wahid atau sering disebut dengan nama Gus Dur menjabat sebagai presiden dengan cara pemungutah suara yang dilakukan oleh parlemen. Selanjutnya, presiden Megawati menggantikan Gus Dur setelah melalui siding istimewa yang beralasan presiden Abdurahman Wahid sudah tidak mampu lagi menanggung beban sebagai kepala Negara. Hal ini dengan pertimbagan bahwa Gus Dur merupakan orang yang tuna netra, sehingga kemampuannya memimpin negeri menjadi di ragukan.

Susilo Bambang Yudhoyono merupakan presiden harapan rakyat, karena proses pengangkatannya melalui pemilu yang langsung dilakukan oleh rakyat. Aspirasi rakyat dapat tersalurka dalam kencah politik melalui pemilu ini, dan dengan ini, sekaligus memberikan suatu kepercayaan yang sangat besar terhadap SBY.

Susilo Bambang Yughoyono dilahirkan didaerah Pacitan Jawa Timur pada tanggal 9 September 1949. Beliau adalah anak tunggal dari pasangan R. Soekotjo dan Sitti Habibah. Darah prajurit menurun dari ayahnya yang pensiun sebagai Letnan Satu. Sementara ibunya, Sitti Habibah,merupakan putri salah seorang pendiri Ponpes Tremas. Istri beliau bernama Kristiani herawati atau sering disapa dengan sebutan Mbak Ani, Mbak Ani merupakan putrid ketiga dari almarhum jendral Sarwo Edhi Wibiwo[1]. Dalam pernikahan itu, Beliau dikaruniai dua orang putra yakni Agus Harimurti Yudhoyono (mengikuti dan menyamai jejak dan prestasi SBY, lulus dari Akmil tahun 2000 dengan meraih penghargaan Bintang Adhi Makayasa) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (lulusan terbaik SMA Taruna Nusantara, Magelang yang kemudian menekuni ilmu ekonomi).

Dibawah ini, merupakan jejak perjalanan pendidikan SBY dalam pendidikan ketentaraan, yakni[2] :

1. Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) tahun 1973

2. American Language Course, Lackland, Texas AS, 1976

3. Airbone and Ranger Course, Fort Benning , AS, 1976

4. Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983

5. On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983

6. Jungle Warfare School, Panama, 1983

7. Antitank Weapon Course di Belgia dan Jerman, 1984

8. Kursus Komando Batalyon, 1985

9. Sekolah Komando Angkatan Darat, 1988-1989

10. Command and General Staff College, Fort Leavenwort, Kansas, AS

11. Master of Art (MA) dari Management Webster University, Missouri, AS

Sederet pendidikan telah dijalaninya, menyebabkan SBY dipercaya sebagai orang yang memiliki wawasan cukup luas mengenai kondisi local maupun interlokal Indonesia. Dengan berbagai macam jenis pendidikan yang telah diperolehnya, mulai dari ketentaraan lapanga, bahasa internasional, Management, dll menjadikan SBY sebagai orang yag layak mendapatkan kepercayaan dari public. Dan ternyata hal ini dijawab dengan terpilihnya ia sebagai orag nomor satu di negeri ini.

Selain itu, selama menjalani pendidikan ketentaraan, SBY juga telah memulai karirnya sejak tahun 1974, seperti yang terdaftar dibawah ini, yakni[3] :

1. Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (1974-1976)

2. Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad (1976-1977)

3. Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977)

4. Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978)

5. Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981)

6. Paban Muda Sops SUAD (1981-1982)

7. Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985)

8. Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988)

9. Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988)

10. Dosen Seskoad (1989-1992)

11. Korspri Pangab (1993)

12. Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad (1993-1994)

13. Asops Kodam Jaya (1994-1995)

14. Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995)

15. Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia-Herzegovina (sejak awal November 1995)

16. Kasdam Jaya (1996-hanya lima bulan)

17. Pangdam II/Sriwijaya (1996-) sekaligus Ketua Bakorstanasda

18. Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998)

19. Kepala Staf Teritorial (Kaster ABRI (1998-1999)

20. Mentamben (sejak 26 Oktober 1999)

21. Menko Polsoskam (Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid)

22. Menko Polkam (Pemerintahan Presiden Megawati Sukarnopotri) mengundurkan diri 11 Maret 2004

23. Penugasan : Operasi Timor Timur 1979-1980 dan 1986-1988

Selain pendidikan yang mumpuni, SBY juga telah banyak makan garam dalam perjalanan karirnya. Karir yang diperoleh, tentu bukanlah karir yang dengan mudah didapat tanpa adanya pertimbanga-pertimbagan. Namun sederet karir tentunya setelah melalui proses yang panjang dan rumit. Tetapi yang pasti, deretan karir yang telah beliau jalani merupakan pertanda bahwa ia memang memiliki kompetens yang mumpuni dalam pekerjaannya.

Selain itu, SBY juga telah mengukir berderet-deret prestasi yang cukup memanggakan, diantaranya[4],:

1. Adi Makayasa (lulusan terbaik Akabri 1973)

2. Tri Sakti Wiratama (Prestasi Tertinggi Gabungan Mental Fisik, dan Intelek), 1973

3. Satya Lencana Seroja, 1976

4. Honorour Graduated IOAC, USA, 1983

5. Satya Lencana Dwija Sista, 1985

6. Lulusan terbaik Seskoad Susreg XXVI, 1989

7. Dosen Terbaik Seskoad, 1989

8. Satya Lencana Santi Dharma, 1996

9. Satya Lencana United Nations Peacekeeping Force (UNPF), 1996

10. Satya Lencana United Nations Transitional Authority in Eastern Slavonia, Baranja, and Western Sirmium (UNTAES), 1996

11. Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, 1998

12. Bintang Yudha Dharma Nararya, 1998

13. Wing Penerbang TNI-AU, 1998

14. Wing Kapal Selam TNI-AL, 1998

15. Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, 1999

16. Bintang Yudha Dharma Pratama, 1999

17. Bintang Dharma, 1999

18. Bintang Maha Putera Utama, 1999

19. Tokoh Berbahasa Lisan Terbaik, 2003

20. Bintang Asia (Star of Asia) dari BusinessWeek, 2005

21. Bintang Kehormatan Darjah Kerabat Laila Utama dari Sultan Brunei

22. Doktor Honoris Causa dari Universitas Keio, 2006

Kemampuan SBY dapat di buktikan dengan berbagai macam pendidikan, sejarah karir dan deretan peenghargaan yang beliau terima, baik dalam dunia pendidikannya, maupun dalam karirnya. Berbagai macam kemampuan SBY sangat menarik dan dirasa sangat di butuhkan dalam meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia.

Selanjutnya, langkah karir politiknya dimulai tanggal 27 Januari 2000, saat memutuskan untuk pensiun lebih dini dari militer ketika dipercaya menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid[5]. Tak lama kemudian, SBY pun terpaksa meninggalkan posisinya sebagai Mentamben karena Gus Dur memintanya menjabat Menkopolsoskam. Pada tanggal 10 Agustus 2001, Presiden Megawati mempercayai dan melantiknya menjadi Menko Polkam Kabinet Gotong-Royong. Tetapi pada 11 Maret 2004, beliau memilih mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam. Langkah pengunduran diri ini membuatnya lebih leluasa menjalankan hak politik yang akan mengantarkannya ke kursi puncak kepemimpinan nasional. Dan akhirnya, pada pemilu Presiden langsung putaran kedua 20 September 2004, SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla meraih kepercayaan mayoritas rakyat Indonesia dengan perolehan suara di attas 60 persen. Dan pada tanggal 20 Oktober 2004 beliau dilantik menjadi Presiden RI ke-6.

B. Pengangkatan Tahun 2009

Dalam pemerintahannya yang dimulaih sejak tahun 2004, SBY telah banyak memberikan sumbang sih yang patut diapresiasi diantaranya[6],:

  1. Menyelesaikan sejumlah kasus tindak pidana korupsi dengan mengoptimalkan lembaga penegak hukum seperti KPK, kejaksaan, dan kepolisian untuk memeriksa pejabat negara maupun anggota DPR yang tersangkut kasus korupsi.
    "Selama saya menjabat, saya telah mempersilakan penyidik untuk memeriksa puluhan pejabat, dengan tidak pandang bulu. Siapa pun yang terkait kasus korupsi akan kita tindak," kata SBY dalam orasinya.

SBY menambahkan, sebelum dirinya menduduki singgasana RI 1, banyak kejahatan korupsi yang menggerogoti keungan negara justru dibiarkan begitu saja. "Dulu negara kita disebut negara terkorup nomor lima, tapi sekarang sudah menurun menjadi nomor 55. Ini adalah prestasi kita bersama," jelasnya.

  1. Menjalankan sejumlah program pro rakyat seperti Bantuan langsung tunai (BLT),
  2. Meningkatkan kesejahteraan penduduk,
  3. Mengangkat guru honor menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

"Selama saya menjabat sudah ada 1 juta guru honor jadi PNS.

  1. Menjadi anggota G 20.

“Ini adalah prestasi kita. Belum lama ini kita juga dinyatakan sebagai negara yang terus membantu dalam penyelesaian konflik Timur Tengah," jelas SBY.

  1. Pencabutan embargo di kubu TNI pada 2005 silam, turut diangkat sebagai contoh kesuksesan pemerintahannya. "TNI bisa menggunakan alutsista untuk mempertahankan NKRI," katanya.

Beberapa pencapaian inilah yang kemudian dalam pemilu 2009 dijadikan alat untuk menggalang suara. Dan ternyata, hal ini cukup efektif untuk mengambil hati rakyat, sehingga SBY kembali dipercaya oleh rakyat menduduki jabatan kepresidenan. Pada pemilu kali ini, Wakil presiden Muhamad Jusuf kall tidak lagi menjadi pasangan SBY, namun malah berubah menjadi sainganya dalam pemilu. SBY mencalonan diri pada pemilu 2009 bersama dengan Boediono yang menjabat sebagai wakil presiden.

Namun, banyak pengamat yang meragukan akan realita dari bentuk keberhasilan SBY diatas, terutama kritikan banyak dilontarkan dari kubu oposisi yang tidak sepaham dengan pemerintahan SBY. Presatis-prestasi pemerintahan yang dijadikan alat politik oleh SBY dinilai terlalu oper dosis atau terlalu dibuat-buat. Padahal pada waktu itu, pemerintahan atau kebijakan pemerintah tidak hanya berasal dari dalam kepala SBY itu sendiri, melainkan ada juga yang berasal dari karya wakilnya, yaitu Muhamad Jusuf Kalla. Kritikan terhadap klaim SBY terhadap keberhasilannya, juga sempat dilontarkan oleh Andrinof Chaniago, seorang analis politik dari Universitas Indonesia. Yakni, beliau mengatakan "Klaim ini sudah over dosis. Berlebihan. Klaim itu tidak dilarang, tapi dengan cara yang cukup saja,"[7].

Disamping itu, para pengkritik pemerintahan SBY juga menilai bahwa SBY terlalu mengurusi politik pencitraannya saja. Keberhasilan-keberhasilan yang dicapai terlalu dibesar-besarkan, sedangkan kekurangan-kekurangannya selalu ditutup-tutupi. Hal ini dinilai hanyalah sebuah taktik poitik SBY yang mencoba terus mempertahankan pencitraan baiknya.

Diluar para pengkritik itu semua, kita harus dan patut memberikan apresisasi, bahwa pemerintahan SBY pada jilid 1, memang telah mencapai beberapa keberhasilan. Dan keberhasilan-keberhasilan itu tidak boleh kita anggap remeh maupun kita hilangkan dari nilai positif pemerintahan SBY.

C. Pemerintahan SBY

Susilo Bambang Yudhoyono, menjabat sebagai presiden Republik Indonesia selama dua periode kepemimpinan, yang pertama periode 2004-2009, dan yang kedua periode 2009-2014. Dalam periode pertama, pemerintahan SBY dinilai cukup stabil, mengingat pada periode pertama pemerintahan, SBY tidak atau jarang mengalami goncangan pemerintah. Selain itu, pemberantasa korupsi dinilai cukup efektif terutama terbukti dengan dibentuknya badan khusus Komisi Pemberantasa Korupsi (KPK). Dan kesuksesan dibidang ini, menjadi salah satu point penting yang menjadi alat utama dalam kampanye 2009.

Namun, dalam pemerintahan SBY di periode kedua mulai banyak bermunculan berbagai permasalahan yang mengancam integritas pemerintahan. Komisi Pemberantasa Korupsi yang dalam periode pertama menjadi alat meberengusan koruptor, dalam periode kedua ini mulai digoncang dengan berbagai macam perkara. Seperti kasus pembunuhan dengan terdakwa ketua KPK Antasari Azhar, dugaan suap yang menimpa Bibit-Chandra wakil ketua KPK, isu perselisihan kepolisian dan KPK yang terkenal dengan istilah “cicak vs buaya”, sampai pada adanya isu pembubaran Komisi Pemberantasan Korupsi seperti apa yang pernah dilontarkan oleh ketua DPR RI Marzuki Alie.

Selain itu, kasus korupsi dalam pemerintahan periode kedua SBY-Boediono ini, juga mulai bermunculannya beberapa kasus korupsi yang menimpa kader-kader partai Demokrat (partai dominan yang mengusung presiden SBY) seperti kasus suap wisma atlet di Palembang dengan sorotan utama bendahara umum partai Demokrat Muhammad Nazarudin. Kasus ini sempat menyedot perhatian rakyat, karena memang tersangka utama dalam kasus ini adalah seorang bendahara umum yang menukangi partai dominan. Ketika seorang bendahara umum suatu partai terlibat dengan suatu kasus, maka akan dapat di perkirakan akan adanya persetujuan atau restu dari pimpinan partai itu. Oleh karena itu, dalam pelarian Muhammad Nazarudin keluar negeri, ia sempat mengungkapkan lewat jaringan telefon akan adanya keterlibatana pimpinan umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Namun, tuduhan dari Nazarudin ini tidak lah bisa dijadikan alat untuk menjadikan Anas sebagai tersangka, karena memang, sampai sekarang belum ditemukan adanya bukti keterlibatan Anas dalam kasus suap wisma atlet ini.

Selain kasus Nazarudin, beberapa kasus juga sempat mengguncang kepercayaan public kepada presiden, seperti kasus penyediaan dana talangan Bank Century, dugaan keterlibatan kader partai Demokrat Angelina Sondakh dalam kasus Nazarudin, kasus korupsi di kementrian perpajakan dengan tersangka utama Gayus Yambunan, kasus korupsi Nunun Nur Baeti, banyak ditemukannya PNS muda yang diduga menjalankan praktik korupsi, dll. Yang paling mebingungkan atau membuat masyarakat curiga terhadap pemerintah SBY adalah kasus penyediaan dana talangan Bank Century. Dalam penyelesaian kasus ini, belum ditemukan titik pangkal dari ujung permasalahan ini, dan kasus ini masih sangat mengambang dipermukaan saja. Ditambah lagi, pada waktu gencar-gencarnya kasus ini, muncul buku yang cukup menggemparkan public yang berjudul “ Membongkar Gurita Cikeas” karya George Junus Aditjondro. Dalam buku ini dipaparkan akan adanya keterlibatan bumi Cikeas dalam kasus Bank Century. Namun lagi-lagi, tidak ditemukannya bukti yang kuat untuk membenarkan isi dari buku ini. Buku ini dianggap hanya sebagai kumpulan opini saja yang hanya banyak menggunakan analisi nalar dibandingkan dengan bukti fakta yang riil.

Selain kasus korupsi, yang cukup untuk menghilangka kepercayaan public pada pemerintah adalah banyaknya kasus pelanggaran HAM yang dilakua oleh aparat Negara. Seperti kasus papua, dalam kasus ini, yang menjadi awal ketegangan adalah perselisihan antara buruh pabrik pertambangan emas Free Port dengan perusahaan terkait. Pada mulanya, buruh pabri atau pegawai melakukan aksi demonstrasi agar gajinya dinaikan, hal ini dilakuan karena gaji buruh local lebih rendah dari gaji interlokal. Namun dalam perkembangannya, karena di papua sudah terjadi berbagai macam permasalahan, akhirnya berbagai masalah pun ikut mengemuka, seperti terampasnya tanah kramat atau lelhur masyarakat papua oleh aktivitas penambangan emas, dan permasalahan keistimewaan privins papua. Sampai sekarang, kasus ini belum menuai titik terang yang memuaskan semua pihak.

Selain kasus papua, masyarakat juga dikejutkan dengan kasus pembantaian di Mesuji dan di Bima. Dalam kasus Mesuji, pertentangan yang terjadi adalah antara warga setempat yang telah bertahun-tahun mendiami dan mengolah lahan setempat dengan perusahana kelapa sawit yang mengklaim lahan warga. Sedangkan kasus bima pertentangan terjadi antara masyarakat setempat dengan perusahana pertamabgan dan pemerintah daerah yang telah memberi surat ijin kepada perusahaan untuk beroprasi. Warga Bima merasai bahwa perusahaan pertambangan yang beroprasi di daerah itu, dinilai merugikan warga, karena limbah yang dihasilkan oleh penambangan mengganggu kemurnian air dan tanah setempat. Padahal semua warga di Bima sangat tergantung kehidupannya dari perairan dan pertanian.

Pemerintahan SBY pada periode dua ini, banyak sekali bermunculan kasus-kasus besar yang sangat meresahkan rakyat Indonesia. Bahkan salah seorang aktivis HAM Sondang Hutagalung, sempat meluapkan aksinya melalui bakar diri yang ia lakukan di depan istana Negara. Hal ini menandakan akan adanya ketidak percayaan masyarakat terhadap pemerintahan SBY-Boediono ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar